.

Pages

Kamis, 11 Mei 2017

Sambil Menyelam Minum Air... Jalan-jalan di Palembang saat Abang Iqbal Tes PKN STAN 10 Mei 2017...

Palembang... ya ibukotanya Sumatera Selatan, tetanggaan sama propinsi Lampung tempat tinggal kami, walo tetanggaan tapi butuh waktu yang gak disengaja rupanya baru bisa melihat wisata di kota ini, hehe...

Karena nemenin putraku, Abang Iqbal, Tes Kesehatan Kebugaran PKN STAN (Tahap 2) tanggal 10 Mei 2017 lalu di Palembang, dan kebetulan dikasih waktu senggang setengah harian dari selesai tes kesehatannya, maka kami berkesempatan jalan-jalan di Palembang.

Kebetulan ada Tanteku yang kupanggil, Makwan, tinggal disana, kami sempat bermalam dirumahnya dan siang setelah selesai tes si Abang kami diajak makan pindang yang maknyus banget, Pindang Baung Sophia.. Ini pindangnya memang segerrrr banget dengan lalapan dan sambalnya, yg pasti wadah nasi sampe ludes..hehe...

Pindang di Palembang memang enak bangetsss...


Aku dan Makwan...


Setelah pamit dari Makwan disiang hari, kami masih punya waktu beberapa jam sebelum jadwal flight ke Jakarta, maka disempatkan mengunjungi ke Jembatan Ampera dan Benteng Kuto Besak. Namun karena keterbatasan waktu, kami tidak sempat untuk masuk ke dalam benteng yang merupakan bangunan keraton pusat Kesultanan Palembang pada abad ke-18. Tapi gak mengurangi kekaguman walau hanya bisa melihat dari luanya dulu. Insya Allah siapa tau lain waktu dikasih rezeki waktu untuk explore ke dalamnya...






Setelah dari sana, kami mencoba ke tempat yang agak jauh, yaitu Museum Al Quran Raksasa yang terletak di daerah Gandus, yang dari tengah kota sekitar 40 menitan kesana. Tiket masuknya pun hanya Rp.5.000 per orang saja. Obyek wisata religi ini memiliki ketakjupan tersendiri saat melihat ayat-ayat Al Quran di pahat di atas kayu tembesu berukuran 177cm x 140cm dengan ketebalan 2,5cm. Ini merupakan ukiran kayu Al Quran terbesar di dunia. Proses pembuatan semua ukiran tersebut memakan waktu 7 tahun lamanya. 

Awalnya hasil ukiran Al Quran tersebut dipajang selama 3 tahun dahulu di Masjid Agung Palembang dengan maksud agar dapat dikoreksi dari seluruh umat yang melihatnya. Barulah akhir tahun 2011, ukiran Al Quran itu dinilai siap untuk dipublikasikan. Pembuat ukiran tersebut adalah Kiagus Syofwatillah Mohzaib. 

Jadi didalam museum ini terdapat 30 juz ayat yang dipahat dengan ukiran khas Palembang. Karya raksasa ini membutuhkan 40 kubik kayu tembesi yang merupakan kayu  khas asli Palembang yang bisa disebut juga kayu trembesi. Alhamdulillah dikasih rezeki waktu bisa melihat obyek wisata religi ini..






Setelah sekitar 1 jam di dalam Museum Al Quran tersebut, barulah kami beranjak menuju bandara, namun gak pas kalo ke Palembang tanpa nyicip makanan khas sesuai namanya, Kota Pempek.. Akhirnya sejalan ke bandara, kami mampir dulu ke Pempek Nony. Dan ya memang cuka pempek yang dicoba di kota aslinya memang lebih endesss... hehe...


Wokelah, alhamdulillah di sela waktu beberapa jam itu kami berdua sudah bisa menambah kenangan tentang wisata di Palembang dan benar-benar berkesan. Juga gak ketinggalan wisata kulinernya yang memang kami familiar karena suamiku memang orang Palembang... 

Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II...

Semoga diberi rezeki waktu di lain hari untuk melihat lagi keindahan kota Palembang, yang merupakan kota tertua di Indonesia berdasarkan Prasasti Kedukan Bukit. Sampai jumpa lagi Kota Pempek...