Jalan-jalan keluarga terkadang tidak semua ke tempat berpanorama indah atau ke pusat perbelanjaan, tapi sometimes kita memperkenalkan kepada anak2 tempat2 bersejarah sehingga selain refreshing juga menambah pengetahuan mereka.
Sebenarnya ini adalah trip sekitar tahun 2012 lalu, tapi tak mengapalah mempostingnya skrg berharap informasinya bisa untuk dishare..Inilah sekelumit cerita wisata sejarah ke Monumen Pancasila Sakti Lubang Buaya yang terletak di kawasan Pondok Gede Jakarta Timur.
Kawasan Lubang Buaya ini mempunyai jam kunjung Selasa - Minggu, hari Senin yang tutup. Jam kunjungannya 08.00 hingga 16.00. Tiket masuknya pun benar-benar murah yaitu Rp. 2.500 saja perorang. Mungkin harga tiket masuk yang murah dimaksudkan oleh Pemda DKI agar masyarakat berminat untuk mengenal lebih dekat detail sejarah mengenai Pemberontakan PKI (Partai Komunis Indonesia) yang dikenal dengan G30S PKI yang terjadi pada 30 September 1965 tersebut. Dimana peristiwa ini menggambarkan kedaulatan negara sedang bergejolak dimana partai komunis ingin menguasai Indonesia.
Masuk ke areal ini memang rada sedikit begidik, entah mengapa.. mungkin pengaruh kisah Lubang Buaya yang fenomenal melalui film dahulu yang selalu diputar tiap tanggal 30 September yang mengalurkan bagaimana kekejaman PKI menyiksa ketujuh Pahlawarn Revolusi dengan biadab atau memang karena aura pepohonan besar2 dan tinggi2 yang rada membuat begidik.
Di Lubang Buaya terdapat Monumen Pancasila Sakti yang berdiri patung
tujuh Pahlawan Revolusi. Monumen ini sudah tentunya untuk mengenang jasa para pahlawan tersebut. Dari kiri adalah Brigjen Soetoyo Siswomiharjo, Brigjen DI Panjaitan, Mayjen R. Soeprapto, Letjen A. Yani, Mayjen MT Haryono, Mayjen S. Parman dan Lettu Pierre A. Tendean.
Monumen ini memiliki kepak sayap patung Garuda Pancasila berukuran raksasa seolah memayungi ketujuh pahlawan tsb dengan posisi setengah lingkaran. Pada dinding landasannya terdapat relief yang menggambarkan peristiwa sebelum dan saat meletusnya peristiwa G30S PKI serta penumpasan PKI oleh tentara dan masyarakat.
Saksi sejarahnya adalah Rumah tempat penyiksaan ketujuh jenderal tersebut. Di dalam rumah ini terdapat relief yang menggambarkan peristiwa penyiksaan tersebut. Perlakuan kejam PKI terhadap mereka seperti pemukulan, penusukan, tendangan, penyayatan, penyeretan paksa, penembakan memang benar2 membuat begidik. Benar2 tidak manusiawi dan benar2 biadab. Sosok PKI yang melakukan penyiksaan tersebut terdiri dari pasukan seragam Cakrabirawa, Pemuda Rakyat dan Gerwani.
Di bagian luar rumah tersebut terdapat Serambi Penyiksaan. Yaitu tempat dimana beberapa jenderal ditawan dan disiksa disini, yaitu Mayjen S. Parman, Mayjen Suprapto, Brigjen Sutoyo dan Lettu Pierre Tendean sebelum akhirnya kesemuanya dikuburkan kedalam sebuah sumur tua.
Inilah Sumur Maut yaitu sumur tua yang merupakan tempat dikuburkannya tujuh jenazah jenderal, yang berdiameter 75 cm dengan kedalaman 12 meter. Melihat diameter yang sungguh kecil ini benar2 menggambarkan kengerian yang dalam. Ketujuh jenderal tersebut dimasukkan dengan bertumpuk2 dan posisi kepala dibawah. Setelah dikubur, untuk menutupi jejaknya diatasnya ditanam pohon pisang dan ditutup dengan tumpukan sampah.
Disamping lubang tersebut ada prasasti yang bertuliskan (dalam ejaan lama) "Tjita-tjita perdjuangan kami untuk menegakkan kemurnian Pantjasila tidak mungkin dipatahkan hanja dengan mengubur kami dalam sumur ini. Lobang Buaja, 1 Oktober 1965".
Di sekitar area tersebut terdapat juga rumah tua yang dahulu dipergunakan para PKI sebagai pos komando dan dapur umum untuk mempersiapkan konsumsi mereka. Memang keasliannya masih banyak yang dipertahankan. Didalamnya masih terdapat lampu petromak, mesin jahit, tunggu memasak dan lemari yang memang asli mereka pergunakan. Disitu menunjukkan mereka memang benar2 berniat mempersiapkan kesemuanya untuk peristiwa tersebut.
Selain untuk mengungkit sejarah penyiksaan ditempat sesungguhnya, di sini juga ada Museum Penghiatan PKI yang didalamnya merangkum secara lengkap sejarah2 pemberontakan PKI di Indonesia. Kita bisa berkeliling didalamnya untuk merangkai sejarah kelam bangsa Indonesia tersebut. Hingga sampai pada peristiwa naas tersebut 30 September 1965 dengan detailnya ditampilkan disini bagaimana penculikan ketujuh pahlawan revolusi tersebut dan bahkan ada saksi sejarah seperti pakaian, sarung dan lainnya yang masih mereka gunakan hingga akhirnya tewas di lubang tersebut.
Dan di kompleks ini juga terdapat koleksi pengganti Truk Dodge buatan Amerika Serikat tahun 1961 bernomor B 2982 L milik PN Arta Yasa yang dirampas PKI di sekitar Jl. Iskandarsyah Kebayoran Baru, yang digunakan PKI untuk menculik dan mengangkut Brigjen DI PAndjaitan dari rumahnya di Jl. Hasanudin Kebayoran Baru ke area Lubang Buaya tersebut.
Selain itu juga terdapat mobil sedan bernomor AD-01 yang merupakan kendaraan dinas Letjend A. Yani ketika menjabat Men/Pangad KOTI (Komando Tertinggi). Dan disebelah kanannya terdapat mobil dinas Jeep Kanvas Nomor 04-62957 yang digunakan Pangkostrad Mayjen Soeharto pada tanggal 4 Oktober 1965 saat memimpin pengangkatan jenazah dari sumur maut Lubang Buaya.
Itulah saksi sejarah yang menjelaskan betapa biadabnya PKI dalam menjalankan aksinya untuk merebut kedaulatan bangsa ini. Betapa kokohnya pendirian ketujuh jenderal tersebut yang tidak mau menandatangi dokumen PKI tersebut dan mengorbankan nyawa mereka untuk kedaulan Indonesia. Sisi patriotik tersebut yang bisa kita ambil dari kisah heroik para jenderal tersebut.
Semoga perjalanan kali ini bisa menambah wawasan sejarah kebangsaan kita semua dan dapat mengambil hikmah positif tentang bagaimana diri kita menyumbangkan sisi patriotis kita untuk negeri ini walau dengan cara yang berbeda dengan para pahlawan perjuangan tersebut. Oke guys...sampai jumpa di cerita berikutnya...